PROFIL DAERAH
KABUPATEN ACEH SINGKIL
Kabupaten Aceh Singkil, dengan ibukota Singkil,
mempunyai luas 3.578 km2 terletak di bagian utara berbatasan dengan Kabupaten
Aceh Tenggara, sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Hindia, sebelah timur
berbatasan dengan Propinsi Sumatera Utara serta sebelah barat berbatasan dengan
Kabupaten Aceh Selatan.
Kabupaten ini berpenduduk 140.002 jiwa yang terdiri
laki-laki 70.946 jiwa dan perempuan 69.056 jiwa dengan tingkat kepadatan
penduduk ± 39 jiwa per km2. Secara administratif Kabupaten Aceh Singkil
terdiri dari 13 kecamatan dan 184 desa. Untuk memudahkan kelancaran angkutan
orang atau barang di kabupaten tersedia sarana jalan darat sepanjang: 712,88 km
; dengan kodisi baik 142,07 km; sedang 202,36 km; rusak 368, 45 km.
1.Visi & Misi Pembangunan
VISI
1.Perekonomian daerah yang
tangguh artinya daerah memiliki potensi sumber daya alam dan manusia
dengan komoditas unggulan daerah yang mampu berkompetisi baik
di tingkat regional, nasional maupun global dalam meningkatkan
perekonomian masyarakat di masa yang akan datang;
2.Mandiri
artinya masyarakat Aceh Singkil mampu berkembang di segala
bidang/sektor dalam memenuhi kebutuhannya;
3.Sejahtera lahir batin
memberikan arti bahwa masyarakat Aceh Singkil yang makmur di semua bidang
pembangunan dengan penghasilan yang cukup, pendidikan yang baik,
pelayanan kesehatan yang layak, lapangan kerja yang luas, tingkat
pengangguran rendah, terbebas dari kemiskinan, keterisoliran,
ketertinggalan, memiliki rasa kepedulian yang tinggi, danketenangan
hidup;
4.Bermartabat artinya masyarakat
Aceh Singkil yang memiliki jati diri, bebas dari ketergantungan dalam
makna mampu bersaing, memiliki kreativitas yang tinggi, masyarakat yang
memiliki kemampuan inovasi yang tinggi, bebas dari berbagai pengaruh dan
ancaman, mampu mengatasi permasalahan dan tantangan dalam segala sendi-sendi
kehidupan;
5.Berlandaskan nilai-nilai
Islami memberikan arti bahwa masyarakat Aceh Singkil adalah masyarakat
yang taat menjalankan perintah dan menjauhi larangan Allah SWT dan meneladani
Rasul-Nya, taat kepada ulama, dan patuh kepada pemimpin, beramal shaleh,
berakhlak mulia, saling hormat menghormati dan hidup berdasarkan ridha Allah
SWT.
MISI
Dalam rangka
mewujudkan visi tersebut di atas, dirumuskan misi-misi
pembangunan Aceh Singkil, 2012-2017 sebagai berikut:
1. Mewujudkan kehidupan
masyarakat atau Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas yang ditandai oleh
meningkatnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM) melalui pemenuhan kebutuhan
dasar; antara lain melalui bidang ekonomi, bidang pendidikan dan bidang
kesehatan;
2. Mewujudkan perbaikan
sistem pemerintahan, pelaksanaan pembangunan daerah dan pemberdayaan masyarakat
yang berbudaya, berkeadilan, kesetaraan, berwawasan kebangsaan, berbasis
pengetahuan dan akhlakul karimah;
3. Memberdayakan seluruh
kekuatan ekonomi daerah terutama sektor economic base yaitu
sektor pertanian, perkebunan, perikanan dan kelautan, peternakan, pasar
tradisional serta industri hasil pengolahan serta bertumpu pada masyarakat
dengan memiliki standar kompetensi pasar/berdaya saing;
4. Mewujudkan sistem dan
iklim daerah yang kondusif, demokratis berdasarkan nilai-nilai budaya lokal
serta berketrampilan dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK);
5. Meningkatkan seluruh
sumber daya sektor-sektor unggulan lainnya yaitu industri dan pariwisata;
6. Mewujudkan perluasan
lapangan kerja dalam upaya mengurangi pengangguran dan kemiskinan;
7. Mewujudkan masyarakat
Aceh Singkil yang sejahtera lahir dan batin;
8. Mewujudkan masyarakat
Aceh Singkil yang Islami.
2.Pariwisata
Aceh Singkil sebagai salah satu
Kabupaten Daerah Tujuan Wisata di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam mempunyai
potensi yang cukup besar bagi pengembangan sektor pariwisata karena memiliki
keindahan, kekayaan alam dan kehidupan sosial budaya serta peninggalan –
peninggalan sejarah yang semuanya dapat dijadikan objek wisata. Alam Aceh
Singkil yang begitu menakjubkan dan mempesona belum
dapat di manfaatkan secara maksimal, banyak sekali potensi wisata yang selama
ini terpendam, diantaranya adalah wisata bahari yang saat ini sudah mulai
dikembangkan. Sejak berdirinya Kabupaten Aceh Singkil pada tahun 1999 telah
banyak pengembangan - pengembangan yang dilakukan disegala bidang yang
bertujuan untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah ( PAD ) terutama disektor
pariwisata.
Sebagai daerah tujuan wisatawan
lokal dan mancanegara yang memiliki keunikan budaya, keindahan alam dan
masyarakat yang ramah , Singkil telah dikunjungi oleh banyak wisatawan dari
berbagai belahan dunia seperti Eropa, Amerika Serikat, dan Australia dari tahun
2002 hingga saat ini. Walaupun masih ada kekurangan disana-sini, Kabupaten Aceh
Singkil terus berbenah diri agar sektor pariwisata dapat diandalkan sebagai
salah satu sektor yang menghasilkan Pendapatam Daerah yang besar.
Pertumbuhan pembangunan
pariwisata dan jumlah kunjungan wisatawan ke Singkil disikapi dengan positif
oleh masyarakat lokal dan menganggap fenomena yang terjadi sebagai peluang emas
yang bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraannya.
Wisata Kabupaten Aceh Singkil mencakup wisata alam, seperti : pulau-pulau yang
indah dan terawat yang memiliki flora yang menarik (di Pulau Banyak), air
terjun (di Danau Paris dan Suro), danau (di Kota Baharu), rawa (di Singkil),
dan pantai (di Singkil dan Singkil Utara).
Satu- satunya yang dapat
dikembangkan sebagai lokasi Wisata Bahari adalah Pulau Banyak. Pulau Banyak
merupakan tempat tujuan wisata bahari yang ideal. Sebagai daerah kepulauan,
Pulau Banyak selain memiliki laut yang cukup luas juga pantai yang sangat
panjang dan indah, pantai Pulau Banyak tidak kalah dengan Bali. Pasir putihnya
lebih lembut dari Legian Bali, lambaian daun- daun kelapa yang rindang semakin
memperindah suasana tamasya dengan pemandangan alam pantai tropis.
Indahnya panorama Sunset juga
menjadi tontonan tersendiri yang mengasyikkan. Pulau Banyak terkenal dengan
panorama taman bawah lautnya yang sangat indah, berbagai macam ikan hias dan
terumbu karang yang indah dapat dijumpai di sini. Wisatawan dapat melihat
keindahan panorama ini dengan menggunakan perahu motor yang lantainya terdiri dari gelas kaca
tembus pandang, sehingga penumpang dapat melihat ke bawah. Kepulauan Banyak,
khususnya Pulau Bangkaru terdapat satwa langka, yaitu penyu Hijau, penyu
Belimbing dan penyu Sisik.
Para wisatawan disini dapat
melihat penyu bertelur setiap malam, sekaligus dapat melihat bayi-bayi penyu
yang merangkak ke laut pada saat matahari terbit. Pantai amandangan dan
Pelanggaran di Pulau Bangkaru merupakan kawasan wisata yang menarik, khususnya
untuk wisatawan yang berminat melakukan penyelidikan terhadap penyu yang setiap
malamnya memenuhi pasir putih pantai Amandangan. Pada tahun 2011, Jumlah
wisatawan asing maupun domestik yang datang mencapai sekitar 9.729 wisatawan,
jumlah ini lebih sedikit bila dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, yaitu pada
tahun 2010, jumlah wisatawan yang berkunjung hanya mencapai 38.726 wisatawan.
Jumlah wisatawan domestik yang berkunjung ke Kabupaten Aceh Singkil pada tahun
2011 sebanyak 9.240 lebih banyak bila dibandingkan dengan jumlah wisatawan
asing yang hanya berjumlah 489 wisatawan. Jumlah wisatawan domestik biasanya
meningkat cukup signifikan pada bulan-bulan tertentu, yaitu pada bulan yang
memiliki libur nasional. Sekitar 35,17 persen dari jumlah wisatawan mancanegara
menginap di penginapan/hotel yang tersedia di Aceh Singkil. Sementara wisatawan
lokal biasanya pulang kembali ke rumahnya ataupun menginap di rumah sanak
saudara-nya.
3.Transportasi
Perhubungan memiliki peranan dan dampak
yang sangat besar terhadap kelancaran pem-bangunan suatu daerah. Akses yang
mudah, cepat, dan murah akan memperlancar perputaran roda perekonomian. Jalan
sebagai sarana penunjang transportasi memiliki peran penting khususnya untuk
transportasi darat. Berdasarkan status pengelolaannya, prasarana jalan raya
dibedakan atas Jalan Negara, Jalan Provinsi dan Jalan Kabupaten. Pada tahun
2011, jalan negara di Kabupaten Aceh Singkil memiliki panjang 47 Km, jalan
provinsi mempunyai panjang 76,60 Km, dan jalan Kabupaten memiliki panjang
426,95 Km.
Menurut jenis permukaan jalan,
sepanjang 102,79 Km ruas jalan kabupaten sudah diaspal, sedangkan sepanjang
324,16 Km sisanya masih kerikil. Ini berarti baru sebagian kecil saja jalan
kabupaten yang sudah diaspal, yaitu sebesar 24,07% dari panjang seluruh jalan
kabupaten. Jika dilihat menurut kondisi jalan, ruas jalan kabupaten yaitu
sepanjang 102,79 Km (24,07%) dalam kondisi baik, sementara 31,58 Km (7,40%)
ruas jalan dalam kondisi sedang, sedangkan 100,17 Km (23,46%) ruas jalan
kabupaten berada dalam kondisi rusak, dan 192,41 Km (45,07%) sisa ruas jalan
kabupaten dalam kondisi rusak berat. Transportasi sungai di Kabupaten Aceh
Singkil berpotensi untuk dikembangkan bagi masyarakat yang bermukim di
sepanjang daerah aliran sungai. Saat ini transportasi sungai menggunakan perahu
bermotor yang populer dengan sebutan ”Robin”.
Di Kabupaten Aceh Singkil terdapat dua
buah pelabuhan untuk transportasi laut, yaitu satu buah pelabuhan di Desa Pulo
Sarok Kecamatan Singkil dan satu buah pelabuhan di Pulau Banyak. Pelabuhan di
Pulo Sarok dan Pulau Banyak juga digunakan sebagai dermaga untuk angkutan
penyeberangan yang dikelola oleh PT. ASDP. Rute yang dilayani oleh ferry adalah
Kota Singkil – Pulau Banyak – Simeulue – Gunung Sitoli. Rute penyeberangan ini
sangat strategis karena jaraknya yang lebih pendek dibandingkan kalau
melewati pelabuhan lainnya di Aceh Selatan dan Aceh Barat, yaitu apabila
penduduk Simeuleu akan melakukan perjalanan ke Provinsi Sumatera Utara.
Selain transportasi darat dan air,
transportasi udara juga memiliki andil dalam memperlancar kegiatan
perekonomian. Di kabupaten ini juga terdapat bandara untuk transportasi udara
yag bernama Bandara Syech Hamzah Fansuri Kabupaten Aceh Singkil. Saat ini
pelabuhan udara ini yang berlokasi di Kecamatan Singkil Utara sudah mulai
dioperasikan setelah diresmikan oleh Bapak Wakil Gubernur Provinsi NAD pada
tanggal 27 April 2008.
4.Perkebunan
Secara umum kebijakan Dinas Perkebunan adalah,
"Fasilitasi bagi pengembangan usaha perkebunan secara Sinergis dan
berkelanjutan sebagai bahan penopang industri dalam negeri dan ekspor
Nasional." Kebijakan umum Dinas Perkebunan Kabupaten Aceh singkil adalah
antara lain sebagai berikut :
1. Peningkatan kualitas
SDM terutama guna membentuk aparatur yang profesional.
2. Peningkatan Pelayanan
dan Pembinaan untuk mempertangguh daya saing usaha agribisnis melalui
pemantapan usaha ditingkat " on-farm" dan mendorong usaha ditingkat
"of - farm " secara berkelanjutan dan berorientasi pasar.
3. Peningkatan kapasitas
kelembagaan masyarakat untuk mengoptimalkan pengusahaan dan pemantapan kawasan
usaha perkebunan.
PROGRAM
UTAMA PEMBANGUNAN PERKEBUNAN JANGKA MENENGAH TAHUN 2011-2015 :
(1) Program Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Perkebunan berkelanjutan, dengan kegiatan prioritas :
(1) Program Peningkatan Produksi, Produktivitas dan Mutu Tanaman Perkebunan berkelanjutan, dengan kegiatan prioritas :
·
Pengembangan Tanaman Tahunan, Penyegar Perkebunan (Kelapa Sawit, , Kelapa,
pinang, jahe dll).
·
Pengembangan Perbenihan, kebun induk dan percontohan perkebunan
·
Pengamatan, Pengendalian OPT Perlindungan Usaha dan Tanaman Perkebunan
(2) Program Peningkatan Nilai Tambah, Daya Saing, Mutu Produk dan Pemasaran
Hasil Perkebunan dengan kegiatan prioritas :
·
Peningkatan Mutu Daya Saing, Pemasaran Hasil, Pembinaan & Peningkatan
Peran Kemitraan Perkebunan
3) Program Penyediaan dan Pengembangan Prasarana dan Sarana Perkebunan
dengan Kegiatan prioritas :
·
Optimasi Lahan, Peningkatan Sarana Alat Mesin dan SDM Petani Perkebunan
Konteks
Global dan Nasional
Ekspansi perkebunan sawit skala besar ke pulau-pulau
kecil seperti kepulauan Mentawai sebenarnya bukanlah hal yang mengejutkan.
Ekspansi perkebunan sawit yang didukung kebijakan pemerintah dan lembaga
keuangan internasional dan nasional ini merupakan respon untuk melayani
permintaan pasar minyak sawit global dan nasional. Permintaan minyak sawit
dunia meningkat tajam, dari 13,2 juta ton pada 1993 menjadi 42,38 juta ton pada
2009. Harga jual minyak sawit juga terus mengalami kenaikan yang luar biasa,
yaitu mencapai US$ 765 per ton pada akhir 2009 (Barani, 2010).
Kebutuhan pasar ini direspon pemerintah dengan menggenjot produksi minyak sawit sebanyak-banyaknya dan menyediakan lahan seluas-luasnya. Luasan total lahan sawit Indonesia bergerak fantastis dari 250 ribu hektar pada tahun 1978, hingga meroket tajam menjadi 7,3 juta hektar pada tahun 2009 (Colchester, dkk., 2003; ICN, 2009). Ekspansi perkebunan sawit tidak akan berhenti sampai disini, pemerintah menargetkan luas perkebunan sawit menjadi 20 juta hektar pada tahun 2020 (Marti, 2008).
Kebutuhan pasar ini direspon pemerintah dengan menggenjot produksi minyak sawit sebanyak-banyaknya dan menyediakan lahan seluas-luasnya. Luasan total lahan sawit Indonesia bergerak fantastis dari 250 ribu hektar pada tahun 1978, hingga meroket tajam menjadi 7,3 juta hektar pada tahun 2009 (Colchester, dkk., 2003; ICN, 2009). Ekspansi perkebunan sawit tidak akan berhenti sampai disini, pemerintah menargetkan luas perkebunan sawit menjadi 20 juta hektar pada tahun 2020 (Marti, 2008).
Peningkatan luas lahan sawit ini berbanding lurus
dengan peningkatan produksi minyak sawit Indonesia. Total produksi minyak sawit
meningkat tajam mulai dari 168 ribu ton pada tahun 1967, menjadi 19,4 juta ton
pada tahun 2009, dan ditargetkan mencapai 40 juta ton pada tahun 2020 (Casson,
2003; ICN, 2009). Dari total produksi tersebut, hanya sekitar 25% atau 4,8 juta
ton yang dikonsumsi oleh pasar domestik, sementara 75% sisanya ditujukan untuk
pasar ekspor. Data ini menunjukkan Indonesia sebagai penghasil minyak sawit
terbesar dunia, dan saat ini bersama Malaysia menjadi penyuplai terbesar minyak
sawit dunia, yakni mencapai 87% (Marti, 2008).
Terkait denga penguasaan lahan perkebunan sawit, 64% dari luas total perkebunan sawit terkonsentrasi di tangan 10 konglomerat (Casson, 2003), Saat ini, dengan dukungan investasi internasional, perusahaan swasta telah menguasi 50% lahan perkebunan sawit di Indonesia (Colchester, dkk., 2006).
Terkait denga penguasaan lahan perkebunan sawit, 64% dari luas total perkebunan sawit terkonsentrasi di tangan 10 konglomerat (Casson, 2003), Saat ini, dengan dukungan investasi internasional, perusahaan swasta telah menguasi 50% lahan perkebunan sawit di Indonesia (Colchester, dkk., 2006).
Di Kabupaten Aceh Singkil sendiri telah dikembangkan
penanaman berbagai macam jenis komoditas ekspor seperti Kelapa sawit, kakao,
lada serta tanaman perkebunan yang lain seperti kelapa, pinang, jahe, gambir,
kapuk, tebu, kemiri, nilam, kapulaga dan lain – lain. Tetapi diantara tanaman
tersebut yang paling dapat diandalkan sebagai tanaman penghasil pendapatan bagi
masyarakat Aceh Singkil adalah Kelapa Sawit. Hal ini disebabkan karena tanaman
tersebut cocok dengan countur dan jenis tanah di Aceh Singkil. Dan seiring
dengan belum lamanya Kabupaten Aceh Singkil terbentuk sekitar 12 tahun maka
otomatis daerah Kabupaten Aceh Singkil masih banyak memiliki lahan tidur yang
saat ini hampir seluruhnya telah tergarap untuk dijadikan lahan perkebunan,
pemukiman ataupun perkantoran yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah, Perusahaan
Swasta maupun masyarakat. Dengan pembukaan lahan – lahan tersebut maka banyak
Perusahaan kelapa Sawit Swasta yang membuka investasinya untuk lahan perkebunan
dan pembangunan pabrik pengolahan kelapa sawit di Kabupaten Aceh Singkil.
Sampai saat ini, berdasarkan data Dinas perkebunan dan kehutanan Kabupaten Aceh
Singkil beberapa perusahaan Perkebunan Kelapa Sawit tersebut masih terus
beroperasi dan telah melakukan penanaman dengan jumlah lahan yang sangat luas
sepertiditunjukkan tabel dibawah ini:
No
|
Nama Perusahaan
|
Kecamatan
|
Jenis Komoditi
|
Luas Konsesi
(Ha)
|
Luas Areal Tanaman
(Ha)
|
1
|
PT. Socfindo
|
Gunung Meriah
|
Kelapa Sawit
|
4414,18
|
4210
|
2
|
PT. Lembah Bakti
|
Singkil Utara
|
Kelapa Sawit
|
6570
|
5923
|
3
|
PT. Delima Makmur
|
Danau Paris
|
Kelapa Sawit
|
12.173,47
|
8969
|
4
|
PT. Ubertraco
|
Kota baharu
|
Kelapa Sawit
|
13.924,68
|
5869
|
5
|
Lestari Tungggal Pratama
|
Danau Paris
|
Kelapa Sawit
|
1861
|
1200
|
6
|
PT. Telaga Zam-zam
|
Gunung Meriah
|
Kelapa Sawit
|
100,05
|
100,05
|
7
|
PT. Jaya Bahni Utama
|
Danau Paris
|
Kelapa Sawit
|
1800
|
1800
|
5.Pertanian
Kabupaten Aceh Singkil secara alamiah adalah negara
pertanian dengan budaya pertanian yang kuat. Bertani, beternak, berburu ikan
dilaut adalah keahlian turun-menurun yang sudah mendarah daging. Teknologi
dasar ini sudah dikuasai sejak jaman nenek moyang. Karena budaya pertanian yang
telah mendarah daging maka usaha pada sektor pertanian kita sebenarnya dapat
dipacu untuk berproduksi sebesarbesarnya. Luasnya lahan, cadangan air yang
melimpah, dan potensi wilayah yang tersedia mulai dari dataran rendah sampai
dataran tinggi yang mendukung menjadi obsesi dalam menjadikan Kabupaten Aceh
Singkil sebagai pemasok hasil pertanian unggulan di kemudian hari.
Kabupaten Aceh Singkil memiliki potensi sumberdaya
yang tidak akan pernah habis, dan akan tetap ada sepanjang usia alam itu
sendiri yakni manusia,sinar matahari, tanah, hutan, dan laut. Manusia dengan
akal dan budaya lokal daerah yang beraneka ragam akan menghasilkan beragam
teknologi budidaya yang unggul spesifik lokasi. Teknik budidaya yang berbasis
pada keragaman fertilitas tanah, yang berkaitan dengan jenis tanaman yang
sesuai dengan kondisi setempat akan mengakibatkan keunggulan komparatif dari
jumlah dan mutu pertanian yang dihasilkan. Biodiversitas tanaman dan hewan
Kabupaten Aceh Singkil yang dapat dimanfaatkan juga relatif tinggi. Untuk saat
ini telah dan sedang dikembangkan penanaman padi dibeberapa kecamatan diwilayah
Kabupaten Aceh Singkil yang diharapkan dapat memenuhi kebutuhan dalam dan luar
daerah Kabupaten Aceh Singkil. Selain itu tanaman kelapa sawit yang telah lebih
dahulu mendominasi sebagai tanaman perkebunan rakyat ataupun perkebunan
perusahaan telah memberikan sumbangan terbesar bagi pendapatan masyarakat.
Laut Kabupaten Aceh Singkil lebih kurangnya 70% belum
dieksploitasi secara luas. Laut yang menyimpan kekayaan biodiversitas dan
sumber gizi praktis masih belum tersentuh bahkan sebahagian besar belum
terbayangkan. Disamping itu kita juga memiliki asset lain yang sangat potensial
yaitu hutan tropis yang bertindak sebagai produsen oksigen untuk kebutuhan umat
manusia. Sinar matahari sepanjang tahun menyebabkan kita tidak memerlukan rumah
kaca yang mahal untuk mengembangkan sektor pertaniannya. Sinar matahari yang
memungkinkan terjadinya proses fotosintesa pada tanaman memungkinkan untuk
mengembangkan dan menghasilkan komoditas pertanian yang sangat besar.
Rancang bangun revitalisasi sektor pertanian saat ini
berfokus pada penyiapan rancang bangun untuk peningkatan produk pertanian
secara kuantitas dan kualitas. Beberapa hal-hal yang harus dirancang secara
cermat dalam rancang bangun tersebut meliputi kondisi luas lahan yang
tersedia termasuk didalamnya jenisnya (sawah, lahan tadah hujan, dan lahan
kering yang akan ditanami untuk tanaman pangan), jenis komoditas (hortikultura,
perkebunan, obat-obatan/ dan industri) serta pelaku tindak budidaya (siapa
petaninya). Untuk meningkatkan produktivitas yang diinginkan, kebutuhan pupuk
dan pestisida untuk setiap pertanaman harus dihitung dengan cermat dan
dirancang cara pengadaannya dengan teliti agar pupuk/pestisida berkualitas baik
sudah tersedia dengan jumlah yang dibutuhkan pada waktu yang tepat.
Pengadaan bibit/benih berkualitas baik dan diperlukan
harus dirancang secara tepat. Konservasi air melalui pemanenan air hujan harus
dirancang secara baik dan memadai agar tak terjadi kehilangan air yang
berlebihan, dan air tersebut dapat dipakai sebagai air irigasi pada musim
kemarau berikutnya. Desain/rancang bangun sistem pertanian berkelanjutan akan
diterapkan di setiap daerah dan harus disesuaikan dengan faktor biofisik daerah
(site specific) dan disusun sedemikian rupa sehingga
sistem pertanian berkelanjutan terwujud di setiap daerah. Oleh karenanya untuk
mencapai cita-cita Kabupaten Aceh Singkil sebagai Kabupaten agraris yang unggul
hendaknya diperhatikan hal-hal berikut:
1. Sistem pertanian yang
disesuaikan dengan kondisi biofisik daerah
2. Sistem usaha
agribisnis
3. Teknik budidaya
4. Perbaikan proses
produksi
5. Pemasaran produksi
6. Peningkatan akses
masyarakat terhadap teknologi
7. Pendanaan usahanya
dan upaya peningkatan pelanggan, sehingga masyarakat mampu meningkatkan profit
8. Meningkatkan
pengembangan produk dan memperbaiki kualitas.
6.Perindustrian
Dalam Kebijakan Pembangunan Industri
Nasional alas kaki termasuk dalam 10 kelompok prioritas industri yang akan
dikembangkan 2005-2009, disamping industri tekstil dan produk tekstil (TPT),
makanan dan minuman, pengolahan hasil laut, pengolahan kelapa sawit (CPO),
barang kayu, karet, pulp dan kertas, petrokimia, serta mesin listrik dan
peralatan listrik.
Untuk itu Kabupaten Aceh Singkil
mengoptimalkan upaya untuk memberdayakan industri sepatu di dalam daerahnya dan
menciptakan iklim yang lebih mendukung guna memperkuat industri sepatu yang
menjadi salah satu prioritas pengembangan industri jangka menengah. Dan langkah
ini tepat karena kebijakan Pembangunan Industri Nasional sudah mendapat
persetujuan dari Presiden dalam Sidang Kabinet pada pertengahan Mei lalu, maka
departemen dan instansi terkait bersedia mendukung 32 industri prioritas
melalui kebijakan yang kondusif dan mendukung pengembangan berbagai industri
tersebut, termasuk diantaranya sepatu (alas kaki).
Di Kabupaten Aceh Singkil telah
dikembangkan industri sepatu rumahan yang menggunakan merek dagang “Mendena”.
Industri ini dikembangkan atas kerjasama masyarakat dengan Pemerintah Daerah
setempat dalam hal ini Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan Usaha
Kecil dan menengah. Hal ini dilaksanakan dengan mendatangkan seorang ahli
pembuat sepatu untuk memberikan pelatihan kepada beberapa orang pengrajin
sepatu yang berada di Kabupaten Aceh Singkil, dimana hasil pelatihan tersebut
dapat digunakan untuk secara mandiri mengembangkan industri sepatu tersebut.
Hingga saat ini industri sepatu tersebut mendapat respon baik dari masyarakat
Kabupaten Aceh Singkil ditunjukkan dengan kualiltas bahan yang baik dan dari
segi harga, sepatu Mendena ini terbilang sangat kompetitif, dengan kata lain
sepatu Mendena dapat bersaing dengan merek – merek lain yang telah lama beredar
dipasaran. Untuk saat ini sepatu Mendena telah dicoba untuk dipasarkan
keluar daerah Kabupaten Aceh Singkil dan diharapkan dapat merebut pasar,
sehingga peningkatan taraf hidup masyarakat Aceh Singkil khususnya
Selain itu industri yang telah lama
dikembangkan di Kabupaten Aceh Singkil adalah industri perkebunan kelapa sawit
yang merupakan salah satu industri andalan Kabupaten Aceh Singkil sampai saat
ini.
Dari 11 kecamatan yang berada di
Kabupaten Aceh Singkil, 10 Kecamatan telah berhasil mengembangkan
penanaman kelapa sawit yang sampai saat ini masih berlangsung dan telah
menghasilkan tandan buah segar yang merupakan bahan dasar dari beberapa produk
olahan dari produk makanan hingga kosmetik. Jumlah lahan yang tersedia di
Kabupaten Aceh singkil cukup luas untuk dijadikan lahan penanaman kelapa
sawit dan berikut adalah daftar luas lahan dan hasil produksi dari tanaman
kelapa sawit didata per Kecamatan yang ada di wilayah kabupaten Aceh Singkil
dan disusun berdasarkan survey Badan Pusat Statistik Kabupaten Aceh Singkil
tahun 2009 :
No
|
Kecamatan
|
Luas Lahan
|
Produksi
|
1
|
Pulau Banyak
|
-
|
-
|
2
|
Singkil
|
452
Ha
|
1.210 ton
|
3
|
Singkil Utara
|
841
Ha
|
7.539 ton
|
4
|
Kuala Baru
|
37
Ha
|
-
|
5
|
Simpang Kanan
|
3.033 Ha
|
45.049 ton
|
6
|
Gunung Meriah
|
4.146 Ha
|
62.233 ton
|
7
|
Danau Paris
|
1.816 Ha
|
23.446 ton
|
8
|
Suro Makmur
|
2.448 Ha
|
45.840 ton
|
9
|
Singkohor
|
2.058 Ha
|
31.346 ton
|
10
|
Kota Baharu
|
2.487 Ha
|
35.434 ton
|
7.Listrik
Sebagai sumber penerangan dan energi lain,
baik di sektor rumah tangga maupun industri, listrik memegang peranan yang
sangat vital. Kebutuhan tenaga listrik di dalam wilayah Kabupaten Aceh Singkil
dipasok oleh 6 (lima) PLTD yang dioperasikan pada 2 (dua) kantor ranting.
Jumlah dan lokasi masing-masing PLTD yaitu Ranting Singkil terdiri dari : PLTD
Pulau Balai, PLTD Singkil, , PLTD Singkil Utara, PLTD Kuala Baru dan PLTD
Haloban serta Ranting Rimo dengan PLTD Rimo. Daya yang terpasang dari
keseluruhan PLTD adalah sebesar 17.503 KW. Pada tahun 2011, jumlah produksi
listrik yang dibangkitkan naik bila dibandingkan 4 tahun sebelumnya yaitu
sebesar 48.394.772 KWh. Peningkatan produksi listrik yang dibangkitkan cukup
signifikan terjadi sejak tahun 2009 sampai 2011. Jumlah pelanggan listrik dalam
wilatah kerja PLN di Kabupaten Aceh Singkil adalah 20.954 pelanggan. Kecamatan
Gunung Meriah memiliki jumlah pelanggan yang paling besar yaitu sebanyak 6.790
pelanggan. Sedangkan Kecamatan Pulau Banyak Barat memiliki jumlah pelanggan
yang paling sedikit, jumlahnya hanya mencapai 313 pelanggan. c. Air Minum
Banyaknya pelanggan air minum menurut
jenisnya pada tahun 2011 adalah sosial sebanyak 35 pelanggan, non niaga
sebanyak 2.467 pelanggan, niaga sebanyak 43 pelanggan, dan industri sebanyak 84
pelanggan.
Sumber: http://www.acehsingkilkab.go.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar